Senin, 07 Februari 2011

Marketing Trend 2011

Sumber: Alexander Mulya Markplus

Pasar Indonesia di 2011 nanti diprediksi akan semakin bagus. Bahkan banyak brand asing yang sudah bersiap menyerbu pasar Indonesia.

Ketika menghadiri pertemuan Malaysian Retailer Chains Association (MRCA) beberapa waktu lalu, pengamat pemasaran dari MarkPlus Alexander Mulya mendapati ketertarikan anggota MRCA untuk masuk ke pasar Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Alex berbicara mengenai prospek bisnis di Indonesia. Sekedar informasi, organisasi ini mampu mengambil 40% pasar Mall di Malaysia. Tidak seperti Indonesia yang hanya dikuasi oleh pemain besar.

Respon yang sama juga terjadi di Jepang. Menurut Alex, pengusaha Jepang sudah mulai mau mendengar Indonesia. Sebab kontribusi Indonesia, terutama sektor otomotif sangat tinggi. “Apalagi pasar sepeda motornya, jangan ditanya deh,” kata Alex. Jika selama ini Jepang lebih menyasar pasar Amerika, maka saat ini mereka sudah mulai melirik kawasan Asia Tenggara. Dan salah satu market yang cukup besar di Asia Tenggara adalah Indonesia.

Cerita Alex tersebut sekedar mengisyaratkan bahwa pasar Indonesia di 2011 akan banyak kedatangan tamu luar. Beberapa dari pemain asing memang ada yang pernah mencoba ekspansi di Indonesia, tapi kurang berkembang karena tidak mendapatkan partner yang bagus di Indonesia. Selain itu, menurut Alex, mungkin juga konsep mereka tidak diterima pasar Indonesia. “Jangan pikir semua brand asing yang masuk ke Indonesia akan diterima. Apalagi sekarang ini, konsumen Indonesia sudah lebih pintar. Untuk yang menyangkut taste malah sudah lebih bagus,” terang Alex.

Dia juga menyampaikan, perekonomian Indonesia akan memasuki masa keemasan mulai 2011. Guna menghadapi masa tersebut, pelaku usaha dalam negeri harus mulai bersiap melakukan investasi dari sekarang, jangan menunggu ramai. “Kalau kita percaya dengan masa keemasan tersebut, kita harus berani investasi sebelum pertumbuhan,” kata Alex mengingatkan pelaku usaha Indonesia yang cenderung beraksi setelah ramai. Hal ini juga berguna untuk mengantisipasi serbuan asing yang akan masuk ke Indonesia. Pelaku usaha, khususnya ritel harus dapat membangun strategi promosi yang mengarah pada peningkatan branding, customer dan produk. Alex berharap, masa keemasan Indonesia bisa berjalan lebih dari lima tahun.

“Ritel harus menjemput bola. Sebisa mungkin customernya tidak hanya belanja tapi tempat tersebut bisa jadi semacam meeting place. Tempat nongkrong yang digemari pengunjung. Saat ini, sebuah outlet bisnis ritel tidak selalu ramai hingga terjadi kepadatan. Tapi, ada saat-saat tertentu dimana pengunjungnya membludak (happy hour). Saat happy hour ini dapat dimanfaatkan pengelola untuk lebih mendekatkan diri kepada customer. Program seperti ini dilakukan untuk mencapai dua tujuan, sales dan branding,” papar Alex panjang.

Alex menilai, para pebisnis di 2011 cenderung semakin optimis. Apalagi pemain besar seperti J.CO Donuts & Coffee yang menyesuaikan pertumbuhannya dengan pertumbuhan Mall (shopping mall). “Kalau ada Mall buka, selama hitungannya masuk, dia pasti buka,” kata Alex. Hal itu dilakukan untuk memblokir pergerakan kompetitor. Intinya, brand besar cenderung terus berekspansi di 2011.

Bagaimana dengan brand kecil yang memiliki keterbatasan financial? Alex menjawab, kalau brand kecil mungkin agak sulit. Tapi mestinya, brand kecil lebih rajin mendekati komunitas, lebih agresif dan kreatif menemukan cara pemasaran yang low budget high impact.

“Sekarang ini era new wave marketing yang berbasiskan komunitas dan juga interactivity dengan customer,” beber Alex. Pengusaha ritel misalnya, harus menjadi tempat komunitas atau tempat nongkrong. Sebisa mungkin pelaku usaha menjemput bola ke komunitas. Kalau dulu orang buka ritel berpikirnya setelah buka, jualan, selesai. Tapi sekarang, harus jemput bola, tidak cuma jualan. Aksi nyatanya bisa melalui kartu kredit atau membuat event-event yang lebih mendekatkan kepada komunitas.

Konsep pemasaran ritel di Indonesia saat ini menurut Alex masih sangat sederhana. Masih kalah agresif dibanding dengan perusahaan consumer goods semacam unilever. “Mungkin, pengusaha ritel merasa mereka sudah berinvestasi lokasi sehingga agak berat untuk melakukan promosi yang agresif mendekati komunitas. Kalau consumer goods biasanya tidak memiliki outlet atau tempat berjualan,” kata Alex berasumsi. Dia melanjutkan, saat ini belum melihat brand yang melakukan promosi seagresif J.CO dimasa lalu yang menurutnya cukup modern sekali.

Terkait dengan media sosial sebagai salah satu tools pemasaran, Alex mengatakan, tahun ini banyak yang terkejut dengan pertumbuhan penggunaan media sosial yang diluar perkiraan. Di Indonesia, mayoritas orang mengakses media sosial atau internet menggunakan handphone. Jadi selama pasar handphone masih tumbuh, penggunaan media sosial juga akan tetap tumbuh.

Dalam pandangan Alex, media sosial termasuk salah satu kategori marketing komunitas. Ada tiga kriteria customer yang dianjurkan didekati untuk promosi, youth, woman, dan netizen (orang yang banyak beraktivitas di internet). Tiga kriteria kelompok masyarakat ini cenderung lebih terbuka dan mau mencoba. Prilaku ini jauh berbeda dengan lawan dari ketiga golongan tersebut, senior, man, dan citizen. Jika anak muda (yunior/youth) lebih terbuka dan cenderung mau mencoba hal baru, maka golongan senior lebih tertutup dan sudah terbentuk sehingga enggan mencoba hal baru.

Jika wanita (woman) belanja untuk keluarga dan temannya, dalam artian mau mempengaruhi orang lain terkait penggunaan produk tertentu dan lebih emosional, maka laki-laki (man) cenderung membeli sesuatu hanya untuk dirinya sendiri dan tidak terlalu emosional. Sama dengan youth dan woman, netizen juga lebih terbuka dan sering berbagi informasi melalui obrolan dunia maya. Lawan dari netizen adalah citizen (orang yang tidak beraktivitas di internet).

Walaupun target penjualan produknya bukan tiga kelompok tadi, kegiatan promosi setidaknya harus mendekati ketiganya. Karena untuk menggerakkan pasar, harus bisa membuat brand kita dibicarakan di kalangan youth, woman, dan netizen (YWN). Kelompok YWN ini memiliki kecenderungan mempengaruhi customer lain. Alex mencontohkan Harley Davidson yang sudah mulai masuk ke woman. “Tapi bukan lantas meninggalkan customer yang lama. Customer lama juga perlu dimaintain. Hanya saja, dibutuhkan upaya lain dengan menjangkau kelompok yang lain,” pungkasnya.

Ade Ahyad (Artikel berita Majalah Info Franchise Indonesia Februari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar