Jumat, 15 April 2011

Gerakan Kewirausahaan Nasional

Rasanya tidak ada acara besar terkait kewirausahaan dapat menyamai apa yang terjadi di Gedung Smesco, Rabu, 2 Februari 2011. Para pengusaha kecil sampai yang besar, para pejabat dari berbagai instansi, kepala daerah, mahasiswa, hingga masyarakat umum, ikut ambil bagian dalam ajang bertajuk gerakan kewirausahaan nasional. Agenda besar hari itu, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional di Indonesia.

Sebagai bagian dari Gerakan Kewirausahaan Nasional, Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif yang diketuai DR. Handito Hadi Joewono menggelar Entrepreneur Summit 2011 (2 – 4 Februari 2011) ditempat yang sama. Pameran kewirausahaan pun digelar. Seminar kewirausahaan dengan berbagai tema juga dilakukan. Para pengusaha besar pun turun gunung. Nama besar seperti Ir. Ciputra dan Chairul Tanjung (Trans Corp/Para Group) berbaur ditengah-tengah massa. Para kepala daerah, Bupati/Walikota dan Gubernur, juga hadir di Smesco. Para menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid II tidak ketinggalan mengambil peran. Bahkan Ketua DPR, Ketua MPR, Ketua DPD, Ketua Komisi Yudisial, hingga Ketua Mahkamah Konstitusi ikut menjadi saksi pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional.

SBY: Peluang Wirausaha Di Indonesia Masih Terbuka

Dalam sambutannya, Presiden SBY mengatakan peluang menekuni dunia wirausaha di Indonesia masih terbuka. Setidaknya, ada enam alasan yang diutarakan presiden untuk menggambarkan besarnya peluang sukses berwirausaha di Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam yang lebih besar dibandingkan dengan banyak negara lain, termasuk negara tetangga. Kedua, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang besar mengingat banyak penduduk masuk dalam kelompok produktif. Ketiga, pereknomian tanah air saat ini sedang mengalami pertumbuhan. Keempat, berbagai bidang usaha masih bisa dikembangkan di seluruh daerah di Indonesia. Kelima, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin baik. Terakhir, pemerintah dan seluruh dunia usaha ingin memberi bantuan kepada pengusaha rintisan, misalnya dalam bentuk pelatihan, modal, pinjaman, dan KUR.

Presiden juga mengatakan wirausaha merupakan pahlawan ekonomi rakyat. Sebab, aktivitas usahanya dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Untuk itu, aktivitas usaha yang dapat menciptakan lapangan kerja baru layak terus dikembangkan. Kesejahteraan rakyat makin meningkat manakala kemiskinan tidak terus berkembang. Kenapa masih ada orang miskin? Karena masih ada yang berpenghasilan kecil atau tidak memiliki penghasilan. Mengapa seseorang tidak memiliki penghasilan? Karena tidak punya pekerjaan. Karena itu, SBY mengatakan wirausaha yang dapat menciptakan lapangan kerja baru sebagai pahlawan ekonomi rakyat. Mengutip data BPS tahun 2010 yang up date hingga saat ini, SBY mengatakan, pengangguran di Indonesia berjumlah 8,32 juta (7,14%).

Menurut SBY, yang namanya wirausaha adalah seorang yang kreatif dan inovatif. Mereka juga seorang yang berani melakukan hal yang baru, yang sebelumnya belum ada, dibikin ada. Juga seorang yang berani mengambil risiko apakah terobosannya, penemuannya, idenya, berhasil atau tidak dikemudian hari. Wirausaha juga seorang yang aktif menemukan sesuatu, berkarya bagi kemajuan hidupnya. Dalam konteks dunia ekonomi, seorang wirausaha adalah yang menemukan produk/jasa yang baru, yang membuka pasar yang tadinya belum ada, yang bisa memberikan nilai tambah terhadap barang/jasa yang diproduksi selama ini. SBY juga mengatakan, wirausaha tidak identik dengan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Tapi hampir pasti, seorang wirausaha lahirnya dari aktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pada kesempatan yang sama, SBY juga menganugerahkan penghargaan penggerak kewirausahaan. Untuk kepala daerah terbaik dalam pengembangan kewirausahaan antara lain Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Gubernur Jatim Soekarwo, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Sedangkan Ir. Ciputra, (pendiri Ciputra Global Entrepreneurship), Dirut Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Dirut Bogasari Baking School Werianty Setiawan, dan Presdir PT Shell Indonesia Darwin Silalahi, tercatat sebagai penerima penghargaan pembina kewirausahaan terbaik yang menggerakkan kewirausahaan. Penerima penghargaan lembaga keuangan terbaik penggerak kewirausahaan adalah BNI, Bank Nagari, Kospin Jasa, dan KSU Setiabudi Wanita Malang. Penerima penghargaan wirausaha muda sukses adalah Achmad Rofiq (rumah produksi animasi), Fauzan Hangriawan (lele sangkuriang), M. Asmui Kammury (Javapuccino), Nur Kartika (nata de cassava), dan Ali Bagus Antra. S (Bebek Garang).

Menkop & UKM: Program Untuk Melahirkan Lebih Banyak Wirausaha

Menurut Menkop UKM Sjarifuddin Hasan, pencanangan GKN menandai telah dimulainya program untuk melahirkan lebih banyak wirausaha baru di Indonesia. Untuk dapat dikatakan sebagai negara maju, paling tidak diperlukan jumlah wirausaha 2% dari total jumlah penduduk. Ia berharap jumlah tersebut dapat dicapai melalui pencanangan GKN. “Jika angka itu tercapai, bukan tidak mungkin jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan dapat ditekan sehingga kesejahteraan rakyat dapat tercapai,” ujarnya.

Menkop UKM juga mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk mendukung GKN, diantaranya program pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan program pembiayaan, dan pemasaran bagi calon wirausaha. Seluruh kementerian bersinergi dengan BUMN, Perbankan, Organisasi Masyarakat, dengan satu tujuan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan eksistensi GKN. Program yang digulirkan pemerintah antara lain program wirausaha 1000 sarjana, pelatihan kewirausahaan, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), program pembiayaan CSR, PNPM Mandiri, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tahun ini ditarget menyerap Rp 20 triliun.

Ir. Ciputra : 10% Total Anggaran Pendidikan untuk Pelatihan dan Pendidikan Entrepreneur

Salah satu peraih penghargaan Pembina kewirausahaan terbaik menggerakkan kewirausahaan, Ir. Ciputra mengatakan, Gerakan Kewirausahaan Nasional yang digaungkan merupakan suatu langkah yang luar biasa. Dia berharap Indonesia betul-betul menjadi negara entrepreneur dengan menciptakan 45 juta entrepreneur baru dalam waktu 25 tahun.

“Sekarang sudah diproklamirkan. Kemudian, bagaimana implementasinya? Ada lima yang harus kita lakukan, antara lain yang penting yaitu, supaya sekolah kita dari sekolah dasar sampai universitas, mempunyai program entrepreneur,” terang Ir. Ciputra. Dia menambahkan, entrepreneur itu berupa mind set, value dan karakter yang kemudian bisa jadi budaya. Budaya lalu menciptakan peradaban (civilization). Oleh Karen itu, makin muda seseorang belajar entrepreneur, semakin matang dia. Kita mulai dari kecil, menengah, besar, dan internasional. Implementasinya, satu pihak ada pelatihan, satu pihak implementasinya. Pelatihan harus menyiapkan sumber daya manusia, terutama peranan dari P & K. Kemudian implementasi departemen-departemen lain, terutama departemen koperasi & UKM.

Yang menjadi kesulitan bagi masyarakat Indonesia, tidak memiliki orang tua entrepreneur. Disamping itu, tidak cukup lingkungan entrepreneur, dan tidak cukup sekolah tempat pelatihan entrepreneur. Sedangkan entrepreneur menurut Ciputra lahir dari orang tua, dari lingkungan, atau dari sekolah. Hal itu yang menyebabkan lebih sulit bagi Indonesia untuk melahirkan entrepreneur. Tapi, lanjutnya, kita harus cerdas. “(Jika)Anda tidak bisa ciptakan orang tua. (Maka) Anda harus berusaha menciptakan lingkungan,” tandasnya. Sekolah diganti menjadi entrepreneur center. Kemudian sekolah juga harus punya kurikulum entrepreneur. Lebih dini anak belajar, lebih berkesempatan untuknya berhasil dan bisa menjadi besar. Oleh karena itu, tamatan SMK atau universtas, serahkan kepada departemen, misalnya departemen koperasi & UKM. Sekalian berikan kredit (modal usaha).

“Saya minta 10% saja dari total anggaran pendidikan khusus untuk pendidikan dan pelatihan entrepreneur. KUR sudah ada. Sekarang, khusus untuk pendidikan dan pelatihan. 10% dari 20 triliun (anggaran pendidikan negara) kali 25 tahun, hanya 500 triliun. Kenaikan entrepreneur kita akan naik jadi 2%. GDP akan naik kira-kira 4 kali lipat,” paparnya. Ciputra menambahkan saat ini, jumlah entrepreneur yang dimiliki Indonesia kira-kira 0,25%. Malaysia sudah 2%, Thailand 4%, dan Singapura 7%. Untuk mengejarnya, mesti dimulai dengan pelatihan dan pendidikan. Kemudian sediakan fasilitas. Entrepreneur center diberlakukan. Kredit diusahakan. Ia mengibaratkan, Anda punya anak, bagaimana dia menjadi pengusaha kalau Anda sendiri bukan pengusaha. Anda punya lingkungan tidak sesuai untuk dia belajar. Jadi harus berlatih di sekolah.

Chairul Tanjung: Pengusaha Harus Punya Semangat Yang Besar

Bos Para Group Chairul Tanjung, yang juga hadir dalam moment tersebut mengatakan, banyaknya bermunculan wirausaha muda merupakan petanda yang bagus karena masyarakat mulai senang dan menekuni dunia wirausaha. Dia juga membagi beberapa pengalamannya dalam menekuni dunia usaha hingga bisa meraih kesuksesan saat ini. Pertama, pengusaha harus punya semangat yang besar. Semangat tersebut jangan pernah pudar. “Terus bangkit jika menghadapi cobaan, karena itu bagian dari proses untuk menjadi besar,” kata pemilik Trans Corp ini.

Kedua, pengusaha harus memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksud Chairul Tanjung bukan dilihat dari kecerdasan ilmu, namun cerdas melihat peluang pasar dan peluang-peluang yang lain. Sekecil apapun peluang itu harus dipegang, jangan sampai terlewatkan atau lepas. Sebab, peluang sama dengan momentum yang tidak datang untuk kedua kalinya. Kemudian, pengusaha juga harus pintar melihat peluang yang dekat-dekat saja. “Lihat di sekitar kita peluang yang bisa kita kembangkan,” tandasnya.

“Jika sesorang peka dalam melihat peluang, maka biasanya dapat mengakumulasikan sumberdaya yang begitu besar dan menguntungkan. Siapa yang pertamakali melihat peluang itu, dia pasti akan lebih dulu menikmati kesuksesan. Maka itu, pengusaha harus pintar dan cekatan memanfaatkan setiap peluang yang ada,” paparnya. Ingat, tangkap peluang sekecil apapun.

BNI Syariah: Bank Terbantu Adanya KUR

Masih dalam event yang sama, Direktur BNI Syariah Hanawijaya mengatakan, porsi kredit pembiayaan UMKM memang menjadi prioritas BNI Syariah. Di 2011, bank yang dipimpinnya ini menargetkan penyaluran 25% - 35%. “KUR adalah salah satu pintu masuk kita untuk mengembangkan UMKM. Karena, program tersebut menurut pendapat bank, baik,” ucapnya. Penyaluran pembiayaan KUR tetap melalui prosedur bank, namun jika terjadi sesuatu dengan nasabah, bank dicover sebesar 70%. “Itu kan bagus untuk bank,” tambahnya.

Selain itu, target penyaluran KUR merupakan wirausaha-wirausaha baru yang secara bankable – karena alasan jaminan – tidak masuk, tetapi secara cash flow usaha, dia baik. Karena itu, kata Hana Wijaya, pihak bank terbantu sekali dengan mendapat kesempatan ikut program KUR. “Menurut saya, program ini (KUR) merupakan salah satu program jenius bagi pemerintahan sekarang,” ungkapnya. Sebab, bank susah mengakses orang yang non bankable tadi. Kedua, ini bisa jadi modal utama bagi bank untuk membiayai entrepreneur baru. BNI Syariah sendiri, berhasil membuat 791 nasabah KUR-nya naik kelas menjadi komersial pada 2010. “Kita kasih modal KUR dulu, lama-lama cash flow-nya dapat memberi Kapital. Kapitalnya sekarang dijaminkan, dia lepas dari KUR. Jadi UMKM melalui KUR ini adalah salah satu jalan keluar bagi bank yang ada kesulitan dibidang akses ke UMKM, terutama UMKM baru,” kata Hanawijaya.

Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI: Gerakan Wirausaha Makin Massif dan Membesar

Menurut Ketua Tim Koordinasi Nasional Pengembangan Wirausaha Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Handito Hadi Joewono, pencanangan GKN membuat gerakan wirausaha semakin massif dan membesar. Terkait itu, Tim Koordinasi yang bertugas menciptakan wirausaha baru di Indonesia melakukan beberapa program yang dijalankan secara bertahap. Diantaranya membuat modul yang aplikatif berisi lesson learn atau true story yang biasa ditemukan di lapangan. Modul yang akan dibuat mencakup berbagai bidang, misalnya selling.

“Pengembangan wirausaha kami bagi dalam beberapa tahap,” ungkap Handito. Pertama, tahap pembenihan, yaitu tahap untuk mendorong masyarakat yang akan memulai bisnis baru. Misalnya dengan ceramah, media massa, seminar motivasi bisnis, workshop simulasi bisnis, dll. Tahap kedua, penempaan. Bagi calon wirausaha kreatif yang mempunyai niat kuat, akan dilakukan penempaan berupa pengadaan pelatihan-pelatihan seperti simulasi bisnis riil, kompetensi wirausaha, standar kompetensi, pelatihan kewirausahaan, dll. Tahap ketiga adalah pengembangan, yang akan dilakukan dengan cara pembukaan akses pasar, pembiayaan usaha, pameran & misi dagang, dll. “Jadi yang akan kita kembangkan bukan wirausaha baru yang baru mau berbisnis. Tapi sudah mempunyai usaha namun belum berkembang,” jelas Chief Strategi Consultant Arbey Indonesia ini. Para wirausaha kreatif tersebut nantinya diseleksi untuk masuk di jenjang pembenihan, penempaan, dan pengembangan.

Bong Chandra : Keberanian Menjadi Entreprenuer Itu Perlu, Tapi Harus Tahu Juga How To-nya

Usia boleh muda, tapi pemikiran yang dimiliki Bong Chandra mampu membuatnya diganjar sebagai Motivator Termuda Nomor 1 di Asia. Jam terbang Bong Chandra sebagai motivator cukup lumayan untuk pemuda seusianya. Bahkan, ia kerap tampil di salah satu stasiun televisi swasta sebagai pembicara utama. Dalam berbagai macam acara motivasi yang dihadirinya, Bong berkali-kali mengatakan apa yang diraihnya saat ini tidak datang begitu saja. Ada kerja keras yang dilakukannya sejak usia belasan. Ketika pemuda seusianya masih berkutat dengan dunia angan-angan, Bong sudah terjun membangun cita-citanya.

Apa yang ditampilkan Bong Chandra bukan sekedar pepesan kosong. Kelahiran 25 Oktober 1987 ini juga dikenal sebagai pengusaha properti. Salah satu proyek propertinya adalah Ubud Village seluas 5 Ha dengan 346 unit rumah. Ia juga menggeluti bisnis pencucian mobil Free Car Wash. Ia juga menulis buku Unlimited Wealth yang terjual lebih dari 10 ribu kopi. Wartawan Majalah Info Franchise Indonesi, Ade Ahyad, mendapat kesempatan wawancara dengan Bong Chandra saat ia menjadi pembicara dalam acara gathering Master Franchise Bakso Kepala Sapi di Surabaya. Berikut uraiannya:

Anda melihat bisnis franchise seperti apa?

Bisnis franchise adalah bisnis yang bagus selama sudah terbukti keberhasilannya (proven). Sekarang ini banyak orang yang memfranchisekan usahanya tapi belum memiliki SOP. Mereka memiliki merek, tapi produknya masih berbeda rasa. Itu yang membuat banyak franchise cepat naik, tapi cepat juga jatuh. Jadi kemampuan menjual franchise mereka baik, tapi kemampuan menjual produk kepada end user masih belum terlalu baik.

Saya juga melihat, investasi sebuah bisnis franchise menentukan komitmen franchisee. Biasanya franchise yang cukup bertahan adalah franchise yang investasinya agak tinggi. Terbukti dari komitmen mereka (terhadap investasi yang besar). Semakin kecil (investasi), komitmen mereka juga kurang.

Banyak pengusaha muda yang terjun sebagai pengusaha franchise, komentar Anda?

Itu bagus. Karena saya lihat kemampuan daya beli masyarakat Indonesia sekarang mulai meningkat. Yang paling penting, kita harus melihat usia dari perusahaan tersebut, apakah sudah lima tahun. Karena 80% perusahaan tutup ditahun pertama. 80% dari sisanya (20%) tutup ditahun kelima. Kita harus jeli dalam memilih.

Kedua, daerah teritori. Apakah franchisor komit dengan aturan jarak antar outlet franchisenya atau tidak. Sebab, ada beberapa franchisor yang lebih tertarik pada jualan franchisenya. Intinya, kita harus hati-hati dalam memilih usaha franchise.

Apakah franchise merupakan cara yang paling ampuh dalam menciptakan entrepreneur baru?

Saya rasa franchise merupakan salah satu cara yang bagus untuk menciptakan entrepreneur baru. Yang paling penting adalah tetap menjaga keseimbangan. Dengan adanya seminar entrepreneurship, banyak orang akhirnya menjadi nekat. Tapi nekat saja tidak cukup. Kita juga harus tahu how to-nya. Mereka biasanya hanya semangat dan nekat, akhirnya malah berujung pada kegagalan dan traumanya malah dua kali lipat. Keberanian untuk menjadi seorang entreprenuer itu perlu, tapi mereka harus tahu juga how to-nya. Knowledge mereka harus diasah untuk bisa memulai.

Apa yang perlu dilakukan pelaku bisnis franchise supaya hubungan antara franchisee-franchisor tetap kondusif?

Pertama perlu adanya pertemuan yang kondusif. Kemudian perlu adanya penyamaan persepsi. Kadang persepsi orang berbeda. Ada franchisor yang berpikir, franchisee adalah bawahannya. Atau sebaliknya, franchisor adalah orang yang saya bayar. Persepsinya harus disamakan. Kita adalah partner. Tidak ada yang diatas, tidak ada yang dibawah. Tugas kita adalah bagaimana caranya agar kita bisa maju bersama. Itu salah satu cara agar hubungan franchisor-franchisee bisa kondusif.

Kemudian training berkala, standardisasi, dan sesuatu yang mudah diduplikasi. Mudah diduplikasi bukan berarti gampang ditiru kompetitor, tapi mudah dicetak ulang oleh franchisee.

Perlu atau tidak franchisee menjadi franchisee aktif?

Mungkin arahnya adalah kita sebagai franchisee memberikan masukan. Tapi keputusan akhir tetap ada ditangan franchisor. Hal seperti itu bisa menjadi bumerang. Misalnya franchise seperti McDonald’s, tiba-tiba ada franchiseenya yang menjual es duren atau kolek, mungkin itu ide yang bagus, tapi akhirnya malah melanggar SOP. Kita sebagai franchisee hanya memberikan saran, tapi hak untuk memberi keputusan sepenuhnya ada di franchisor.

Apa yang perlu dilakukan untuk memberikan motivasi bagi franchisee?

Bisa dimulai dari proses seleksinya. Harus dibalik. Kalau dulu, kita menyeleksi orang (calon franchisee) dari uang. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, franchisor harus menyeleksi tidak berdasarkan uang saja. Tapi berdasarkan uang dan latar belakang masing-masing calon franchisee. Jadi mungkin saja ada training khusus, bahkan ada sertifikasi dengan membuat beberapa kelas sehingga ada proses penyaringan.

Sama seperti asuransi. Dulu kita bisa bermain dengan bergabung saja. Sekarang sudah tidak bisa. Kita harus ikut kelas dulu. Karena mereka tidak ingin agen asuransi bicara asal-asalan, jual produk dengan modal kepercayaan tapi bicaranya asal-asalan. Jadi posisinya harus dibalik, sebagai franchisor kita jangan mengemis, posisi kita adalah menyeleksi mereka. Kenapa kita yang menyeleksi? Karena bisnis kita sudah untung. Karena untung, banyak orang mau diseleksi. Bukan malah kita yang mengemis.

Passion yang mesti dibangun franchisee seperti apa?

Pertama, menyadari posisi mereka saat ini sebagai business owner. Kedua, yang penting bagi semua franchisee tentu saja BEP. Pada dasarnya franchise sehat itu maksimal BEP tiga tahun. Karena kebanyakan orang sewa tempat lima tahun. Jadi dua hal itu, menyadari sebagai business owner dan kerja keras untuk mencapai BEP dengan cepat.

Bagaimana langkah sebuah brand untuk go global?

Kalau saya pribadi lebih tertarik untuk go nasional terlebih dahulu. Indonesia ini sebuah negara dengan market domestik yang sangat besar. Jadi menurut saya, go nasional saja sudah lebih dari cukup. Sekarang justru banyak orang terbalik, mereka masuk ke Singapura. Padahal market Indonesia ini sangat luas. Jadi lebih baik fokus di nasional dari pada kita masuk ke negara kecil. Wilayahnya kita kenal, kebijakannya kita tahu, orang-orangnya sudah kita kenal. Setelah nasional sudah kuat, baru kita masuk ke internasional.

Daya saing franchise lokal menurut Anda seperti apa?

Kalau untuk middle-up menurut saya masih cukup jauh. Tapi kalau middle, sudah cukup kuat. Misalnya untuk Starbukcs, tidak mudah untuk menyamai mereka. Tapi saya lihat sekarang mulai tumbuh, misalnya Sour Sally, JCo, itu sudah mulai rapih.

Anda melihat ke depannya bagaimana? Soalnya diramalkan franchise asing juga banyak yang mau masuk?

Saya prediksi franchise Indonesia akan semakin bagus kalau mereka punya standar tinggi dan tidak puas dengan apa yang sudah mereka capai sekarang. Misalnya desain website tidak pas-pasan. Kemudian prototype juga tidak pas-pasan. Jadi terus up grade. Kalau saya lihat Sour Sally dan JCo, mereka punya website luar biasa. Mereka berani investasi padahal itu tidak secara langsung menaikkan penjualan mereka. Mereka coba untuk membuat suatu kesan yang baik. Jadi prediksi saya akan sangat bagus kalau kita berani berinvestasi untuk terus memperbaiki. Harus punya motto good is not enough. Jadi jangan hanya puas dengan kategori. Banyak orang yang setelah produknya laku dan brandnya popular, merasa puas dan tidak berani untuk bertumbuh. Starbucks saja berani ganti logo. Mereka berubah sebelum mereka harus berubah.