Jumat, 15 April 2011

Bong Chandra : Keberanian Menjadi Entreprenuer Itu Perlu, Tapi Harus Tahu Juga How To-nya

Usia boleh muda, tapi pemikiran yang dimiliki Bong Chandra mampu membuatnya diganjar sebagai Motivator Termuda Nomor 1 di Asia. Jam terbang Bong Chandra sebagai motivator cukup lumayan untuk pemuda seusianya. Bahkan, ia kerap tampil di salah satu stasiun televisi swasta sebagai pembicara utama. Dalam berbagai macam acara motivasi yang dihadirinya, Bong berkali-kali mengatakan apa yang diraihnya saat ini tidak datang begitu saja. Ada kerja keras yang dilakukannya sejak usia belasan. Ketika pemuda seusianya masih berkutat dengan dunia angan-angan, Bong sudah terjun membangun cita-citanya.

Apa yang ditampilkan Bong Chandra bukan sekedar pepesan kosong. Kelahiran 25 Oktober 1987 ini juga dikenal sebagai pengusaha properti. Salah satu proyek propertinya adalah Ubud Village seluas 5 Ha dengan 346 unit rumah. Ia juga menggeluti bisnis pencucian mobil Free Car Wash. Ia juga menulis buku Unlimited Wealth yang terjual lebih dari 10 ribu kopi. Wartawan Majalah Info Franchise Indonesi, Ade Ahyad, mendapat kesempatan wawancara dengan Bong Chandra saat ia menjadi pembicara dalam acara gathering Master Franchise Bakso Kepala Sapi di Surabaya. Berikut uraiannya:

Anda melihat bisnis franchise seperti apa?

Bisnis franchise adalah bisnis yang bagus selama sudah terbukti keberhasilannya (proven). Sekarang ini banyak orang yang memfranchisekan usahanya tapi belum memiliki SOP. Mereka memiliki merek, tapi produknya masih berbeda rasa. Itu yang membuat banyak franchise cepat naik, tapi cepat juga jatuh. Jadi kemampuan menjual franchise mereka baik, tapi kemampuan menjual produk kepada end user masih belum terlalu baik.

Saya juga melihat, investasi sebuah bisnis franchise menentukan komitmen franchisee. Biasanya franchise yang cukup bertahan adalah franchise yang investasinya agak tinggi. Terbukti dari komitmen mereka (terhadap investasi yang besar). Semakin kecil (investasi), komitmen mereka juga kurang.

Banyak pengusaha muda yang terjun sebagai pengusaha franchise, komentar Anda?

Itu bagus. Karena saya lihat kemampuan daya beli masyarakat Indonesia sekarang mulai meningkat. Yang paling penting, kita harus melihat usia dari perusahaan tersebut, apakah sudah lima tahun. Karena 80% perusahaan tutup ditahun pertama. 80% dari sisanya (20%) tutup ditahun kelima. Kita harus jeli dalam memilih.

Kedua, daerah teritori. Apakah franchisor komit dengan aturan jarak antar outlet franchisenya atau tidak. Sebab, ada beberapa franchisor yang lebih tertarik pada jualan franchisenya. Intinya, kita harus hati-hati dalam memilih usaha franchise.

Apakah franchise merupakan cara yang paling ampuh dalam menciptakan entrepreneur baru?

Saya rasa franchise merupakan salah satu cara yang bagus untuk menciptakan entrepreneur baru. Yang paling penting adalah tetap menjaga keseimbangan. Dengan adanya seminar entrepreneurship, banyak orang akhirnya menjadi nekat. Tapi nekat saja tidak cukup. Kita juga harus tahu how to-nya. Mereka biasanya hanya semangat dan nekat, akhirnya malah berujung pada kegagalan dan traumanya malah dua kali lipat. Keberanian untuk menjadi seorang entreprenuer itu perlu, tapi mereka harus tahu juga how to-nya. Knowledge mereka harus diasah untuk bisa memulai.

Apa yang perlu dilakukan pelaku bisnis franchise supaya hubungan antara franchisee-franchisor tetap kondusif?

Pertama perlu adanya pertemuan yang kondusif. Kemudian perlu adanya penyamaan persepsi. Kadang persepsi orang berbeda. Ada franchisor yang berpikir, franchisee adalah bawahannya. Atau sebaliknya, franchisor adalah orang yang saya bayar. Persepsinya harus disamakan. Kita adalah partner. Tidak ada yang diatas, tidak ada yang dibawah. Tugas kita adalah bagaimana caranya agar kita bisa maju bersama. Itu salah satu cara agar hubungan franchisor-franchisee bisa kondusif.

Kemudian training berkala, standardisasi, dan sesuatu yang mudah diduplikasi. Mudah diduplikasi bukan berarti gampang ditiru kompetitor, tapi mudah dicetak ulang oleh franchisee.

Perlu atau tidak franchisee menjadi franchisee aktif?

Mungkin arahnya adalah kita sebagai franchisee memberikan masukan. Tapi keputusan akhir tetap ada ditangan franchisor. Hal seperti itu bisa menjadi bumerang. Misalnya franchise seperti McDonald’s, tiba-tiba ada franchiseenya yang menjual es duren atau kolek, mungkin itu ide yang bagus, tapi akhirnya malah melanggar SOP. Kita sebagai franchisee hanya memberikan saran, tapi hak untuk memberi keputusan sepenuhnya ada di franchisor.

Apa yang perlu dilakukan untuk memberikan motivasi bagi franchisee?

Bisa dimulai dari proses seleksinya. Harus dibalik. Kalau dulu, kita menyeleksi orang (calon franchisee) dari uang. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, franchisor harus menyeleksi tidak berdasarkan uang saja. Tapi berdasarkan uang dan latar belakang masing-masing calon franchisee. Jadi mungkin saja ada training khusus, bahkan ada sertifikasi dengan membuat beberapa kelas sehingga ada proses penyaringan.

Sama seperti asuransi. Dulu kita bisa bermain dengan bergabung saja. Sekarang sudah tidak bisa. Kita harus ikut kelas dulu. Karena mereka tidak ingin agen asuransi bicara asal-asalan, jual produk dengan modal kepercayaan tapi bicaranya asal-asalan. Jadi posisinya harus dibalik, sebagai franchisor kita jangan mengemis, posisi kita adalah menyeleksi mereka. Kenapa kita yang menyeleksi? Karena bisnis kita sudah untung. Karena untung, banyak orang mau diseleksi. Bukan malah kita yang mengemis.

Passion yang mesti dibangun franchisee seperti apa?

Pertama, menyadari posisi mereka saat ini sebagai business owner. Kedua, yang penting bagi semua franchisee tentu saja BEP. Pada dasarnya franchise sehat itu maksimal BEP tiga tahun. Karena kebanyakan orang sewa tempat lima tahun. Jadi dua hal itu, menyadari sebagai business owner dan kerja keras untuk mencapai BEP dengan cepat.

Bagaimana langkah sebuah brand untuk go global?

Kalau saya pribadi lebih tertarik untuk go nasional terlebih dahulu. Indonesia ini sebuah negara dengan market domestik yang sangat besar. Jadi menurut saya, go nasional saja sudah lebih dari cukup. Sekarang justru banyak orang terbalik, mereka masuk ke Singapura. Padahal market Indonesia ini sangat luas. Jadi lebih baik fokus di nasional dari pada kita masuk ke negara kecil. Wilayahnya kita kenal, kebijakannya kita tahu, orang-orangnya sudah kita kenal. Setelah nasional sudah kuat, baru kita masuk ke internasional.

Daya saing franchise lokal menurut Anda seperti apa?

Kalau untuk middle-up menurut saya masih cukup jauh. Tapi kalau middle, sudah cukup kuat. Misalnya untuk Starbukcs, tidak mudah untuk menyamai mereka. Tapi saya lihat sekarang mulai tumbuh, misalnya Sour Sally, JCo, itu sudah mulai rapih.

Anda melihat ke depannya bagaimana? Soalnya diramalkan franchise asing juga banyak yang mau masuk?

Saya prediksi franchise Indonesia akan semakin bagus kalau mereka punya standar tinggi dan tidak puas dengan apa yang sudah mereka capai sekarang. Misalnya desain website tidak pas-pasan. Kemudian prototype juga tidak pas-pasan. Jadi terus up grade. Kalau saya lihat Sour Sally dan JCo, mereka punya website luar biasa. Mereka berani investasi padahal itu tidak secara langsung menaikkan penjualan mereka. Mereka coba untuk membuat suatu kesan yang baik. Jadi prediksi saya akan sangat bagus kalau kita berani berinvestasi untuk terus memperbaiki. Harus punya motto good is not enough. Jadi jangan hanya puas dengan kategori. Banyak orang yang setelah produknya laku dan brandnya popular, merasa puas dan tidak berani untuk bertumbuh. Starbucks saja berani ganti logo. Mereka berubah sebelum mereka harus berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar