Kamis, 13 Januari 2011

Bisnis Kuliner: Harus Makin Otentik

Beberapa waktu lalu, di acara peluncuran buku 'Disini Senang Disana Senang' karya pendiri Es Teler 77 Sukyatno Nugroho, saya berkesempatan mewawancara pakar marketing Hermawan Kartajaya. Dalam situasi yang singkat tersebut, saya hanya berhasil 'melesakkan' beberapa pertanyaan kepada Hermawan Kartajaya terkait pendapatnya mengenai bisnis kuliner. Inilah pendapat Hermawan Kartajaya mengenai bisnis kuliner saat ini:

Kalau makanan sekarang mesti lokal food. Saya travelling terus kemana-mana selalu mencari lokal food. Sekarang mencari koki Indonesian food itu lebih susah dari pada internasional. Jadi kalau internasional tidak betul-betul bagus, habis. Tapi kalau lokal food, asal khas di daerahnya, sudah selesai. Jadi peluangnya terbuka tapi kalau salah mengambil positioning, repot. Sekarang lihat saja, orang Jakarta ke Cirebon, mencari empal gentong. Orang Surabaya ke Madura, mencari nasi Madura. Jadi Indonesia ini semakin otonomi.

Mendorong dari lokal ke global, tidak gampang. Harus ada support dari pemerintah. Seperti pemerintah Thailand itu kan mensupport habis-habisan supaya makanan Thailand itu jadi terkenal di seluruh dunia. Tidak cukup hanya kita (pelaku bisnisnya) saja.

Tapi kalau makanan Bali itu kan banyak dimana-mana. Tapi tidak bisa karena pemerintah kita masih kurang mensupport. Kalau pemerintah Thailand kan punya target. Misalnya tahun ini mesti 10 ribu, 20 ribu dan sebagainya.

Selain harus khas, musti makin otentik. Harus pakai resep asli. Orang mencari resep asli, yang dulu-dulu. Seperti ceritanya Pak Sukyatno (Es Teler 77) kan begitu. Resep otentik.

Banyak yang trend, tapi makanan itu kan tidak pernah ada matinya. Demand nya memang naik terus. Cuma bukan berarti tiap buka bisnis makanan itu pasti sukses. Makin otentik, makin bagus. Tidak perlu dana lebih dari lokal ke global. Pak Sukyatno ini kan tidak pakai dana terlalu besar. Tapi kalau ke internasional, ya repot. Makanya seluruh makanan khas Indonesia, seperti sunda dan lainnya mesti bersama-sama juga dengan pemerintah. Kalau sendiri agak susah. Jangan egois.