Jumat, 10 Juli 2009

Aurod dan Do’a KH. Moh. Ilyas Ruhiat

(http://jamil.web.id)

Cover Buku \Resensi

Seorang kyai, yang merupakan tokoh sentral di pesantren, adalah pelestari tradisi dan nilai-nilai luhur kepesantrenan, diantaranya do’a. Setiap kegiatan yang dilakukannya senantiasa diiringi dengan do’a.

Selain untuk dirinya sendiri, do’a-do’a tersebut juga seringkali ‘diwariskan’ kepada keluarga dan santri-satrinya, dengan harapan tradisi tersebut akan tetap lestari dan memberi manfaat bagi siapapun yang mengamalkannya.

Hal tersebut tercermin dari pribadi Alm. KH. Moh. Ilyas Ruhiat. Seorang kyai kharismatik nan santun dari Cipasung ini adalah guru, pemimpin, panutan, sekaligus ayah bagi begitu banyak ‘murid’-nya yang saat ini telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Beliau telah mewariskan ilmu, nasehat, teladan dan juga do’a yang tak ternilai harganya.

Buku ini berisi 73 aurod dan do’a yang biasa didawamkan oleh Almarhum, yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu para kyai, santri, alumni, keluarga, dan masyarakat sekitar pesantren yang pernah mendapatkan do’a secara langsung dari Almarhum. Dicantumkan pula faedah dan kaifiah dari aurod dan do’a tersebut. 73 merupakan jumlah do’a yang berhasil dikumpulkan penyusun, yang juga bertepatan dengan usia Almarhum pada saat wafat.

Dengan adanya buku ini, semoga tercipta manfaat bagi setiap orang yang membaca dan mengamalkan do’a-do’a di dalamnya, serta dapat menjadi wasilah untuk tetap terpeliharanya tradisi dan nilai-nilai luhur kepesantrenan. Sehingga pesantren, sebagai lembaga pencetak intelektual Islam, tetap eksis dan berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa. Amiin.

Detail Buku
Jumlah Halaman: 99 Halaman
Penerbit: Fingerprint
Bahasa: Indonesia
Harga: Rp. 25.000,- (Buku Fisik)
Rp. 15.000,- (e-Book)

Anda tertarik untuk memiliki buku ini?

Pemesanan
Transfer uang Rp. 25.000,- (Buku Fisik) atau Rp. 15.000,- (e-Book) ke salah satu Rekening dibawah ini:
1. BCA Cabang Tasikmalaya, No. Rek: 0540485941, a/n Mohammad Sabar Jamil
2. Bank Mandiri Cabang Tasikmalaya Mustofa, No. Rek: 1310006487328, a/n Mohammad Sabar Jamil
Setelah melakukan transfer, silahkan konfirmasi (via sms) ke no dibawah ini:
Mohammad Sabar Jamil
mobile: 081322073915
atau
Ust. Tarsidin
mobile: 08154663860

Yang penting ingat kepada Allah, tidak merasa lebih suci dari yang lain,

Iwan Pribadi - GudegNet

Yang penting ingat kepada Allah,

tidak merasa lebih suci dari yang lain,
tidak sempat melirik kemaksiatan orang lain,
dengan siapapun berbaik hati.
Itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin.


Demikianlah kalimat-kalimat yang tertulis pada bagian bawah poster Kyai Chamim Djazuli atau lebih dikenal dengan panggilan Gus Miek, seorang ulama NU dari Kediri yang cukup terkenal dan berpengaruh, beliau dikenal pula sebagai tokoh pendiri Dzikrul Ghofilin.

Poster tersebut dipasang di tengah-tengah para hadirin yang malam itu (03/10) mengikuti acara talktainment yang berjudul Ashabul Cafe, yang malam itu mengangkat topik "Mengenang Para Wali" : Bedah Buku Gus MIEK (Karya: Muhammad Nurul Ibad), di Soda Lounge.

Adapun buku-buku karya Muhammad Nurul Ibad yang coba dibedah pada kesempatan ini adalah: Suluk Jalan Terabas Gus Miek, Dhawuh Gus Miek, dan Perjalanan dan Ajaran Gus Miek.

KH.Hamim Djazuli (Gus Miek Kyai Nyeleneh)

(http://myjantiko.blogspot.com)

KH Hamim Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940, beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas).

Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada ritual ”dzikrul ghafilin” (pengingat mereka yang lupa). Gerakan-gerakan spritual Gus Miek inilah, telah menjadi budaya di kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU), seperti melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang ada di Jawa maupun di luar Jawa.Hal terpenting lain untuk diketahui juga bahwa amalan Gus Miek sangatlah sederhana dalam praktiknya. Juga sangat sederhana dalam menjanjikan apa yang hendak didapat oleh para pengamalnya, yakni berkumpul dengan para wali dan orang-orang saleh, baik di dunia maupun akhirat.

Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.

Gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas.

Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek.

Jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak.

Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan

Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu.

Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek) mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus miek.

Pertanyaan kedua Gus Farid menanyakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek

Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga seorang waliyalloh.

Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan. Wallahu'alam..

Cerita pun dimulai